Tea

Politik Licik Dibalik Pembakaran Vihara di Tanjung Balai

Author
Published 01.19.00
Politik Licik Dibalik Pembakaran Vihara di Tanjung Balai
Baru saja kita dikejutkan oleh pembakaran vihara Budha yang dilakukan umat Islam yang tersinggung karena salah satu oknum Tionghoa melecehkan umat muslim di Tanjung balai.
Ketika kita telusuri seolah olah kejadian ini memang murni permasalah sosial agama, karena amarah umat muslim karena agama mereka di lecehkan dengan kaum yang notabane adalah minoritas.
Namun jika kita berfikir lebih jauh , maka kita akan mendapatkan sebuah kesimpulan yang berkaitan 
dengan politik.
Mungkin kesimpulan saya yang cuma seorang pengangguran ini terlalu jauh, namun bukan berarti tidak benar.
Sebelumnya apa yang menjadi tanda tanya saya adalah.
Selama ini, selama berabad-abad umat Islam dan Budha di Indonesia selalu harmonis meski berbeda keyakinan.

Islam tidak pernah mempermasalahkan keyakinan Budha , begitu juga sebaliknya Budha di Indonesia juga sangat menghormati Islam.
Lalu fikirkan, hanya karena azan.. azan yang tidak pernah berubah dari dahulu, membuat seorang oknum (saya mengatakan oknum) Tionghoa datang ke mesjid dan melecehkan agama Islam..
Lantas jika Anda selaku Muslim apa yang Anda lakukan..?
Menurut saya, paling sadisnya Anda hanya menghukum atau pun membinasakan oknum tersebut karena selama ini kita, kedua suku beragama ini bersahabat, kita menghindari perpecahan yang selama ini terjalin harmonis.

Lalu, kenapa terjadi pembakaran besar besaran terhadap vihara..?
Kenapa kejadian yang mencekam seperti ini bisa berujung tanpa korban.

Jawaban nya karena ini adalah mekanisme politik, kita tahu sebentar lagi akan di adakan pemilihan gubernur di Jakarta,
Salah satu calon yang sudah pasti yakni Ahok yang merupakan etnis Tionghoa.
Ini merupakan mekanisme politik agar semakin bulat nya kesan buruk terhadap umat Islam yang dampaknya adalah bulatnya suara Tionghoa di Jakarta untuk memilih Ahok.
Karena sebelumnya meski Ahok adalah Tionghoa, warga etnis Tionghoa di Jakarta belum membulatkan suaranya untuk Ahok.
Ini dibuktikan dari kejelasan salah satu komunitas Tionghoa di Jakarta yang secara terang-terangan menolak Ahok menjadi gubernur selanjutnya.
Dengan kesan seperti ini maka bukan hal yang mustahil mereka berbalik arah, karena kesan buruk yang di tampilkan Islam, seolah olah Islam sangat radikal.
Bayangkan saja berapa jumlah etnis Tionghoa yang berada di Jakarta , di tambah dengan sejumlah dukungan lain dari mayoritas membuat perpecahan suara terhadap calon Muslim,
Maka jawabannya adalah Ahok menang telak.

Ini mungkin sebuah analisa ngawur, tapi efek dari perpecahan ini tampaknya sudah pasti menambah dukungan untuk calon non muslim.
Karena itu lah sebaiknya kita harus cermat, jangan sampai perpecahan agama menjadi taktik licik politik yang hanya menginginkan kepentingan pribadi.
Keharmonisan yang selama ini kita bina harus tetap di pertahankan,
Baik islam maupun Budha , kita adalah warga negara Indonesia.

By : Ursya fahmi

[ADS] Bottom Ads

Halaman

Copyright © 2021