Inflasi RI 5,5% di 2022, Sri Mulyani Kasih Data Argentina, Singapura Hingga Amerika Serikat
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengklaim tingkat inflasi Indonesia yang mencapai 5,51% pada 2022 cukup moderat dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara bahkan di antara negara G20.
"Inflasi sampai akhir tahun terlihat pada 5,5%, relatif modest dibandingkan semua negara baik di G20 ataupun di ASEAN 6 atau ASEAN 5," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTA, Selasa (3/1/2023).
Sri Mulyani mengakui bahwa inflasi naik karena Indonesia tidak bisa sepenuhnya aman dari pengaruh lonjakan harga komoditas yang terjadi di seluruh dunia. Meski begitu, Indonesia disebut mampu mengelola inflasi dengan baik.
Berdasarkan bahan paparan Sri Mulyani, inflasi Indonesia masih lebih baik dibandingkan India yang mencapai 5,9%, Singapura 6,7%, Amerika Serikat 7,1%, Australia, 7,3%, Filipina 8%, Jerman 10%, Eropa 10,1%, Inggris 10,7%, Italia 11,8%, hingga Rusia 12%. Bahkan inflasi Argentina tembus 92,4% dan Turki 84,4%.
Meski begitu, inflasi Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan Korea Selatan yang 5%, Vietnam 4,6%, Malaysia 4%, Jepang 3,8%, Arab Saudi 2,9%, dan Tiongkok yang hanya 1,6%.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi tahunan Desember 2022 didorong oleh peningkatan komponen inflasi inti (core inflation) dan barang yang harganya diatur pemerintah (administered price). Sebaliknya, tekanan inflasi komponen harga bergejolak (volatile food) menunjukkan pelemahan.
Inflasi inti pada penghujung tahun tembus 3,36% dan inflasi harga yang diatur pemerintah naik dari 13,01% pada November 2022 menjadi 13,34% pada Desember 2022. Berbeda dengan inflasi harga bergejolak yang mengalami penurunan dari 5,70% menjadi 5,61% pada Desember 2022.
"APBN bekerja luar biasa untuk menstabilkan harga-harga termasuk memberikan subsidi yang melonjak hingga lebih dari tiga kali lipat," tuturnya