Tea

Kajian Politik Merah Putih: Taipan Oligarki Menguasai Gabah Petani di Indonesia

Author
Published 21.07.00
Kajian Politik Merah Putih: Taipan Oligarki Menguasai Gabah Petani di Indonesia
Taipan oligarki merambah sektor pertanian khususnya gabah dan beras. Dengan modal yang besar, taipan oligarki ini membuat pabrik pengolahan gabah menjadi beras sehingga mematikan pengusaha lokal.

“Para taipan Oligarki ternyata bukan hanya menguasai hasil sawit, jenis gambang dan sumber saya lainnya. Mereka sudah menguasai sektor pertanian khususnya gabah dan beras,” kata Koordinator Kajian Politik Merah Putih Sutoyo Abadi kepada suaranasional.com, Ahad (18/9).


Dalam menjalankan operasinya khususnya di Jawa, kata Sutoyo, taipan oligarki membeli gabah petani dalam jumlah yang sangat besar dan tidak menyisakan sedikitpun buat pengusaha lokal. Para taipan oligarki mengendalikan harga gabah yang dibeli dari petani.


“Pemerintah melepas jual beli gabah petani tanpa perlindungan yang memadai untuk melindungi petani dan konsumen,” papar Sutoyo.


Sutoyo mengatakan, taipan oligarki berpegang pernyataan Henry Kissinger control oil and you control nation, control food and you control the peoples (Kendalikan minyak maka anda menguasai negara, kendalikan pangan maka Anda menguasai rakyat l). Di saat petani lokal tersudutkan kiprah taipan oligarki, pemerintah membuka impor beras.

“Di saat impor beras, pertanian khususnya beras dalam negeri juga sudah dikuasai para oligark,” jelas Sutoyo.



Fakta yang terjadi di lapangan. Perusahaan besar (milik para taipan) membeli gabah petani dengan harga relatif sama dengan pengelola beras lokal / tradisional. Pengusaha lokal memproses mengolah gabah menjadi beras medium dan dijual harga normal rerata Rp10.519/kg. Sehingga, disparitas harga di tingkat petani dan konsumen cuma Rp3.219/kg (44 persen).



“Para taipan memborong gabah petani dan  menjual produknya berupa beras premium mencapai Rp23.000-Rp26.000/kg, meski harga beli gabah petani angkanya seperti perusahaan lain. Artinya, disparitas harga di tingkat petani dan konsumen menembus 300 persen,” jelasnya.



Sutoyo mengatakan, hampir semua beras medium dan premium berasal dari gabah Varietas Unggul Baru (VUB) yang diproduksi dan dijual petani kisaran Rp3.500-Rp4.700/kg gabah. Kemudian, digiling menjadi beras di petani berkisar Rp6.800-Rp7.000/kg dan petani menjual beras berkisar Rp7.000/kg dan penggilingan atau pedagang kecil menjual Rp7.300/kg ke Badan Urusan Logistik (Bulog) sesuai HPP.



“Persoalan stok beras dalam negeri saat ini bukan hanya soal disparitas harga antara hasil olahan petani dan para pengusaha besar milik taipan. Tetapi bahwa paham pokok beras saat ini juga sudah dikendalikan para oligarki,” pungkas Sutoyo


Indopod/Knews

[ADS] Bottom Ads

Halaman

Copyright © 2021