Kajian Politik Merah Putih: Taipan Oligarki Menguasai Gabah Petani di Indonesia
“Di saat impor beras, pertanian khususnya beras dalam negeri juga sudah dikuasai para oligark,” jelas Sutoyo.
Fakta yang terjadi di lapangan. Perusahaan besar (milik para taipan) membeli gabah petani dengan harga relatif sama dengan pengelola beras lokal / tradisional. Pengusaha lokal memproses mengolah gabah menjadi beras medium dan dijual harga normal rerata Rp10.519/kg. Sehingga, disparitas harga di tingkat petani dan konsumen cuma Rp3.219/kg (44 persen).
“Para taipan memborong gabah petani dan menjual produknya berupa beras premium mencapai Rp23.000-Rp26.000/kg, meski harga beli gabah petani angkanya seperti perusahaan lain. Artinya, disparitas harga di tingkat petani dan konsumen menembus 300 persen,” jelasnya.
Sutoyo mengatakan, hampir semua beras medium dan premium berasal dari gabah Varietas Unggul Baru (VUB) yang diproduksi dan dijual petani kisaran Rp3.500-Rp4.700/kg gabah. Kemudian, digiling menjadi beras di petani berkisar Rp6.800-Rp7.000/kg dan petani menjual beras berkisar Rp7.000/kg dan penggilingan atau pedagang kecil menjual Rp7.300/kg ke Badan Urusan Logistik (Bulog) sesuai HPP.
“Persoalan stok beras dalam negeri saat ini bukan hanya soal disparitas harga antara hasil olahan petani dan para pengusaha besar milik taipan. Tetapi bahwa paham pokok beras saat ini juga sudah dikendalikan para oligarki,” pungkas Sutoyo
Indopod/Knews