Gara Gara Al Quran Dibakar di Swedia, Gereja Ortodoks Rusia Ikut Murka
Kasus pembakaran kitab suci Alquran di Swedia rupanya tidak hanya membuat geram masyarakat Muslim. Gereja Ortodoks di Rusia buka suara terkait hal tersebut.
Kepala Departemen Sinode untuk Hubungan Gereja dengan Masyarakat dan Media Patriarkat Moskow, Vladimir Legoyda, melabeli pembakaran Alquran di salah satu negara Nordik tersebut sebagai bentuk vandalisme yang tidak bisa diterima.
Legoyda menjelaskan, perjuangan politik seseorang tidak boleh melintasi batas kemanusiaan dan menyinggung hal-hal suci keagamaan.
"Pembakaran Alquran di dekat kedutaan Turki di Swedia adalah tindakan vandalisme yang tidak dapat diterima," ujarnya seperti dikutip dari TASS, Kamis (26/1/2023).
"Seseorang tidak boleh meludahi sesuatu yang sakral bagi orang lain. Sebagai bagian dari perjuangan politik, seseorang tidak boleh melewati batas kemanusian dan menodai hal-hal suci," ujar Legoyda lagi.
Seperti diketahui, pembakaran kitab suci Alquran terjadi kemarin Sabtu (21/1/2023) lalu. Ini dilakukan oleh Rasmus Paludan, pemimpin partai politik sayap kanan Denmark Garis Keras. Paludan juga mengkritik aliansi NATO, Turki, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Swedia dan Finlandia tahun lalu mendaftar untuk bergabung dengan NATO setelah serangan Rusia ke Ukraina, dan semua 30 negara anggota harus menyetujui tawaran mereka.
Turki mengatakan Swedia khususnya harus terlebih dahulu mengambil sikap yang lebih jelas terhadap terorisme, terutama pada militan Kurdi dan kelompok yang disalahkan atas upaya kudeta 2016.
Namun, syarat dari Turki tersebut disebut Paludan sebagai upaya memengaruhi kebebasan berekspresi di Swedia.
Demonstrasi yang dilakukan oleh Paludan dan kawanannya memprotes upaya Swedia masuk NATO dan untuk menunjukkan dukungan bagi Kurdi.
Paludan, yang juga berkewarganegaraan Swedia, sebelumnya pernah menggelar sejumlah demonstrasi di masa lalu di mana dia juga melakukan aksi bakar Alquran.
(luc/luc) CNBC