Tea

Pemerintah Jangan Diam Saja, China Dilaporkan Masuk Natuna, Dekati Ladang Gas RI

Author
Published 12.22.00
Pemerintah Jangan Diam Saja, China Dilaporkan Masuk Natuna, Dekati Ladang Gas RI
Kapal penjaga pantai China dilaporkan wara-wiri di sekitar pulau Natuna RI, di dekat Laut China Selatan (LCS). Ini tercatat di data pelacakan kapal Marine Traffic, sebagaiman dikutip dari Radio Free Asia (RFA), Selasa (10/1/2023).
Kapal itu adalah CCG 5901. Disebut, kapal penjaga pantai ini merupakan yang terbesar di dunia.

"Telah ada di wilayah itu sejak 30 Desember," tulis media.

Dilaporkan pula area tersebut merupakan wilayah ladang gas. Ini terkait Blok Tuna.

Diketahui sebelumnya, pemerintah RI telah menyetujui rencana pengembangan atau Plan of Development (POD) Pertama Lapangan Tuna di Wilayah Kerja (WK) atau Blok Tuna, perairan Natuna, ke perusahaan Inggris Premier Oil. Perkiraan biaya investasi untuk pengembangan Lapangan Tuna (di luar sunk cost) diperkirakan mencapai US$ 1,05 miliar.

Dengan masa produksi yang diperkirakan sampai 2035, maka pemerintah akan mendapatkan pendapatan kotor sebesar US$ 1,24 miliar atau setara dengan Rp 18,4 triliun. Sementara pendapatan kotor dari kontraktor atau produsen sebesar US$ 773 juta atau setara dengan Rp 11,4 triliun dengan biaya cost recovery mencapai US$ 3,315 miliar.

Hingga berita ini diturunkan CNBC Indonesia masih meminta konfirmasi Badan Keamanan Laut RI (Bakamla) dan Kementerian Luar Negeri (Kemlu). Namun masuknya China ke Natuna bukan pertama kali terjadi.

Di September 2021, ribuan kapal China juga dilaporkan masuk Natuna bagian utara. Ini terungkap di dengar pendapat DPR dengan Bakamla kala itu.

Disebutkan pula bagaimana kapal-kapal tersebut menganggu aktivitas kapal tambang. Kapal coast guard China disebut membayang-bayangi kerja daripada rig noble yang berbendera Indonesia di bawah (Kementerian) ESDM.

Di 2020 pemerintah RI juga mengirimkan protes ke China. Melalui sebuah press release kala itu, Kemlu menegaskan kapal China melakukan pelanggaran.

China sendiri diketahui mengklaim 90% LCS sebagai miliknya. Mereka menggunakan konsep Tiongkok "garis putus-putus" untuk mencaplok wilayah kaya ini.

Hal tersebut membuatnya tegang dengan banyak negara ASEAN. Tak Hanna RI, tapi juga Malaysia, Filipina, Brunei hingga Vietnam.

[ADS] Bottom Ads

Halaman

Copyright © 2021