Sri Mulyani: 2022 Tadinya Semua Berharap Ekonomi Pulih, Ternyata Tidak
Dunia sudah melewati tahun ketiga masa pandemi COVID-19. Banyak yang mengharapkan ekonomi di seluruh dunia sudah bisa pulih pada 2022, nyatanya tidak semudah itu karena dunia diperkirakan masih 'gelap'.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan 2022 bukanlah tahun yang biasa. Pasalnya adanya tensi geopolitik antara Rusia dan Ukraina membuat gejolak ekonomi sangat terasa di tahun tersebut.
"2022 was not an ordinary time, itu adalah waktu di mana sesudah tahun ketiga dunia dihadapkan pada tahun pandemi which is not yet over. Dunia tadinya berharap tahun ketiga was actually a smooth and strong recovery, mungkin tidak across the board but at least smooth and strong," kata Sri Mulyani dalam acara CEO Banking Forum, Senin (9/1/2022).
Pada 2022 justru malah terjadi lonjakan inflasi di luar ekspektasi. Permintaan meningkat seiring pulihnya aktivitas, namun dari sisi suplai tidak mampu mengimbanginya.
"Kita merasa confidence ditemukannya vaksin, dilakukan vaksinasi booster and we start doing the economic activity social lagi, ternyata nggak semuanya kembali secara smooth dan lancar karena ternyata manusia itu tidak bisa kayak listrik di on and off," tuturnya.
Anak Muda Tidak Suka Kerja di Kantor
Saking terbiasanya dengan kondisi pandemi COVID-19 yang serba hybrid, Sri Mulyani menyebut banyak anak muda yang tidak suka bekerja di kantor. Hal ini menimbulkan perbedaan generasi.
"Saya yakin dan karena waktu saya di AS ketemu sama Bloomberg dan dia mengatakan saya nggak ngerti kenapa anak-anak muda sekarang nggak suka pergi ke kantor, mereka lebih suka di rumah ibunya. Jadi memang ada generation gap," ucapnya.
Tren peningkatan inflasi yang dibarengi pengetatan kebijakan moneter untuk menurunkan laju inflasi, membuat terjadinya pelemahan ekonomi global. Pelemahan ekonomi terjadi baik di negara maju maupun berkembang.
Indonesia terdampak dari gejolak ekonomi global, yang salah satunya tercermin dari kenaikan inflasi. Laju inflasi Indonesia pada 2022 mencapai 5,51%, menjadi tertinggi sejak 2014 yang kala itu inflasinya sebesar 8,36%.
Meski begitu, Sri Mulyani menilai ekonomi Indonesia cukup kuat menghadapi tekanan global di sepanjang 2022. Hal itu tercermin dari kinerja perekonomian yang hingga kuartal III terjaga di atas 5% dan diyakini berlanjut di kuartal IV-2022.
Kinerja positif itu ditopang masih terjaganya permintaan domestik sepanjang 2022, terutama jelang akhir tahun. Setidaknya tercermin dari penerimaan pajak daerah di hampir seluruh Indonesia yang naik hingga 60-120%.
"Untuk Indonesia, 2022 itu kita tutup dengan baik atau bahkan saya katakan sangat baik. Dari sisi ekonomi, kita di kuartal III di atas 5,7%, kuartal IV kita prediksi akan tetap kuat di atas 5%," tutup Sri Mulyani.