Tea

Dana Moneter Internasional Bawa Kabar Buruk Soal China, RI Yang Bakal Kena Apesnya

Author
Published 11.45.00
Dana Moneter Internasional Bawa Kabar Buruk Soal China, RI Yang Bakal Kena Apesnya
Ekonomi China telah bersiaga menghadapi resesi sesuai yang diramalkan Dana Moneter Internasional (IMF). 'Durian runtuh' yang biasanya didapatkan Indonesia dari ekspor komoditas berpotensi tak lagi bisa didapatkan.
Ekspor khususnya ke China berpotensi menurun. Namun, dampaknya terhadap ekonomi Indonesia tidak akan membuat perekonomian di tanah air ikut terpuruk.

"Tapi di tengah harga komoditas yang masih tinggi, penurunan ekspor ke China tidak akan membuat neraca perdagangan kita menjadi negatif," jelas Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah, Kamis (5/1/2023).

Piter menilai, hilirisasi yang dilakukan pemerintah sejauh ini banyak menambah nilai surplus neraca perdagangan Indonesia. Ekspor nikel misalnya, mengalami kenaikan nilai ekspor yang sangat besar.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Januari-November 2022, ekspor produk olahan nikel tumbuh sangat tinggi mencapai 398,39%. year on year (yoy).

Peneliti Senior Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Deni Friawan mengungkapkan, resesi ekonomi Negeri Tirai Bambu itu berdampak terhadap perlambatan ekonomi di tanah air.

Perlambatan ekonomi Indonesia yang terjadi bukan hanya karena resesi yang terjadi di China, tapi juga Amerika Serikat (AS), dan Eropa.

"Ekspor dan investasi Indonesia akan mengalami penurunan, utamanya pada komoditas batubara, sawit, nikel, dan lain sebagainya," jelas Deni.

Kendati demikian, Deni meyakini China masih akan membutuhkan batubara, sawit, dan nikel dari Indonesia karena ketiganya masih dibutuhkan.

Permasalahannya, ketiga komoditas sumber daya alam itu, harganya sangat ditentukan oleh pasar dunia, supply dan demand.

"Jadi walaupun secara volume tidak akan berkurang signifikan, tetap mereka butuhkan. Tapi secara harga akan turun signifikan, karena demand total turun dengan melemahnya AS dan Eropa dan dunia secara keseluruhan," ujar Deni.

Sehingga 'durian runtuh' dari harga komoditas, tak akan lagi bisa dirasakan Indonesia. "Oleh karena itu, tentu dampaknya juga akan cukup besar ke Indonesia. Kita tidak bisa mengharapkan lagi windfall profit seperti tahun 2022," jelas Deni lagi

Pertumbuhan ekonomi Indonesia, pada akhirnya akn ditopang oleh konsumsi domestik. Dicabutnya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan menjelang pemilu 2024 akan meningkatkan konsumsi masyarakat.

Senada, Direktur Eksekutif Core Indonesia Mohammad Faisal mengungkapkan, ekspor Indonesia ke China akan mengalami tekanan. Apalagi komoditas yang diekspor oleh Indonesia kebanyakan adalah kebutuhan bahan manufaktur China.

Sementara saat ini, sektor manufaktur di China tengah mengalami kontraksi dalam beberapa bulan terakhir, dan hal ini terjadi menjelang Hari Raya Imlek yang biasanya menjadi puncak konsumsi warganya.

Data dari pemerintah China menunjukkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur pada Desember 2022 sebesar 47, turun dari bulan sebelumnya 48. PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawahnya artinya kontraksi, dan di atasnya adalah ekspansi.

PMI manufaktur sudah mengalami kontraksi dalam 3 bulan beruntun, menurut versi pemerintah China.

"Jelas akan mempengaruhi volume perdagangan China dengan Indonesia. Ekspor Indonesia ke China itu juga akan mengalami tekanan karena permintaan dalam negerinya mengalami perlambatan," jelas Faisal.

Indonesia menjadi eksportir terbesar China untuk komoditas batubara, sawit, besi, baja, dan produk-produk manufaktur lainnya. Sehingga komoditas-komoditas ini lah yang kemungkinan akan mengalami penurunan permintaan ekspor.

"Nah tapi kalau untuk beberapa produk tertentu komoditas, mungkin tidak terlalu besar pengurangan permintaannya dari China," kata Faisal lagi


[ADS] Bottom Ads

Halaman

Copyright © 2021